Selasa, 04 Desember 2012

TEORI ATRIBUSI DALAM PEMBELAJARAN


Oleh Ruwaidah Aliyu                                                                                     DOWNLOAD PDF
BAB I PENDAHULUAN
1.                   LATAR BELAKANG
Kajian tentang atribusi banyak telah dilakukan oleh para ahli, mereka mengatakan setiap individu pada dasarnya adalah seorang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara-caratertentu. Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai berbuat
demikian. Dua focus perhatian di dalam mencari penyebab suatu kejadian, yakni sesuatu didalam diri atau sesuatu di luar diri. Apakah orang tersebut mlakukan pencurian karena sifat dirinya yang memang suka mencuri, ataukah karena factor diluar dirinya, dia mencuri karenadipaksa situasi, misalnya karena dia harus punya uang untuk membiayai pengobatan anaknya yang sakit keras. Bila kita (individu) melihat/menyimpulkan bahwa seseorang itu melakukan suatu tindakan karena sifat-sifat kepribadiannya (suka mencuri) maka kita (individu) tersebut melakukan atribusi internal (internal attribution). Tetapi jika kita (individu) melihat atau menyimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang dikarenakan oleh tekanan situasi tertentu (misalnya mencuri untuk beli obat) maka kita melakukan atribusi ekternal (external attribution)
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang seringkali bertanya mengapa orang lain (atau dirinya sendiri) menunjukkan suatu perilaku tertentu.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mencerminkan beberapa hal yang ingin dijawab oleh teori atribusi :
·         Mengapa orang lain (dirinya) berhasil/gagal mencapai sesuatu?
·         Mengapa dia (saya) mau melakukan perbuatan luhur itu?
·         Mengapa dia (saya) tega melakukan perbuatan buruk itu?
Faktor-faktor penyebab dari perbuatan seperti dicontohkan pada pertanyaan pertanyaan diatas, ingin dijawab oleh teori atribusi. Karena itu teori atribusi adalah teori tentang bagaimana manusia menerangkan perilaku orang lain maupun perilakunya sendiri dan akibat dari perilakunya yang dipertanyakan, misalnya : sifat-sifat, motif, sikap, dsb atau faktor-faktor situasi eksternal. Penjelasan kausal ini merupakan mediator antara stimuli yang diterima individu dengan respon yang diberikan terhadap stimuli itu.Untuk memberikan penjelasan/penerangan terhadap suatu perilaku atau suatu akibat perilaku itu, biasanya tidak hanya dilihat perilakunya. Tetapi dilihat juga : masa lalu dari orang yang menunjukkan perilaku itu, motivasinya,situasinya, dsb.
Beragam teori dan pendapat dari tokoh psikologi yang mengamati kondisi jiwa manusia terhadap respon yang diterima dan diamati kemudian tersimpulkan pada sebuah aksi dan diwujudkan dalam proses belajar. Salah satu teori yang digunakan dalam proses belajar adalah teori atribusi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab dari suatu kejadian.
Memahami sebuah kondisi emosional atau kejiwaan seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa hal.Akan tetapi hal ini hanya langkah pertama dalam pembahasan psikologi.Biasanya kita ingin memahami hal tersebut lebih jauh agar dapat mengetahui sifat-sifat individu yang bersifat tetap dan mengetahui penyebab di balik perilaku mereka. Dengan kata lain, kita hanya sekedar ingin mengetahui bagaimana seseorang berbuat, namun lebih jauh lagi kita ingin mengetahui mengapa mereka berbuat demikian. Penyebab dari suatu kejadian proses dimana kita mencari informasi ini disebut dengan atribusi (attribution)
Karena atribusi adalah proses yang kompleks, sederetan teori telah lahir demi menjelaskan berbagai proses kerjanya. Salah seorang pakar teori ini adalah Bernard Weiner (1979-1980).Untuk memahaimi lebih dalam tentang teori ini serta aplikasinya dalam pendidikan, simak pada pembahasan  di bawah ini.
2. MANFAAT
            Dengan memahami teori Atribusi maka manfaatnya adalah :
Untuk memberikan penjelasan/penerangan terhadap suatu perilaku atau suatu akibat perilaku itu
a). Pengertian atribusi secara umum dan menurut Bernard Weiner
b). Komponen-komponen yang terdapat dalam atribusi
c). Implementasi teori ini dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

1.         Definisi teori Atribusi
Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan stimulus-respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Sebenarnya istilah atribusi mengacu kepada penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu.Dan yang menjadi pusat perhatian atau penekanan pada penelitian di bidang ini adalah cara-cara bagaimana orang memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut. Dengan kata lain, teori itu berfokus pada bagaimana orang bisa sampai memperoleh jawaban atas pertanyaan “mengapa”? (Kelly 1973)
2,  Komponen dan Karakteristik Atribusi
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi. Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga karakteristik, yakni :
1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil. Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita ingin melakukannya.Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.

Merupakan faktor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit kareba bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan.
Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal, mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak banyak latihan control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian besar di luar pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan banyak control.
4.  Luck yakni faktor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
     Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
Dimensi-dimensi menurut Weiner
Dimensi-dimensi atribusi menurut Weiner
Stability
Locus of Control
Internal
External
Stabil
Kemampuan, intelagensi, kareteristik-karekteristik fisik
Kesulitan tugas hambatan linkungan

TidakStabil

Upaya, (Effort)
Suasana hati,( mood)
Kelelahan (fatique)


Keberuntungan (luck)
Kebetulan
Kesempatan

Teori atribusi yang dikembangkan oleh Bernard Weiner dalam lingkungan pendidikan menitik beratkan pada :
1.    Pengaruh hasil perbuatan berupa keberhasilan dan kegagalan.
2.    Memberikan suatu kerangka kerja untuk melakukan analisa terhadap interaksi guru dan peserta didik di kelas.
Model pembelajaran langsung dalam teori ini merupakan model pembelajaran yang sering digunakan oleh sebagian besar Guru. Menurut Arends (1997), pembelajaran langsung disajikan dalam lima tahap, yaitu:”
1)        penyampaian tujuan pembelajaran,
2)        mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan,
3)        pemberian latihan terbimbing,
4)        mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,
5)        pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.
Penerapan Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran langsung dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik agar mengembangkan lingkungan proaktif yang positif. Dengan kata lain suasana pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik (student oriented).

BAB III
PENUTUP

1.    KESIMPULAN
Kesimpulan dalam makalah ini dapat uraikan sebagai berikut :
a)    Bahwa teori atribusi adalah teori tentang bagaimana manusia menerangkan perilaku orang lain maupun perilakunya sendiri dan akibat dari perilakunya yang dipertanyakan, misalnya : sifat-sifat, motif, sikap, dsb atau faktor-faktor situasi eksternal.
b)    Bahwa penjelasan kausal ini merupakan mediator antara stimuli yang diterima individu dengan respon yang diberikan terhadap stimuli itu. Untuk memberikan penjelasan/penerangan terhadap suatu perilaku atau suatu akibat perilaku itu, biasanya tidak hanya dilihat perilakunya. Tetapi dilihat juga : masa lalu dari orang yang menunjukkan perilaku itu, motivasinya,situasinya, dsb.
c)    Bahwa beragam teori dan pendapat dari tokoh psikologi yang mengamati kondisi jiwa manusia terhadap respon yang diterima dan diamati kemudian tersimpulkan pada sebuah aksi dan diwujudkan dalam proses belajar. Salah satu teori yang digunakan dalam proses belajar adalah teori atribusi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab dari suatu kejadian.
d)    Bahwa untuk memahami sebuah kondisi emosional atau kejiwaan seseorang dapat bermanfaat mengetahui bagaimana seseorang berbuat, juga kita ingin mengetahui mengapa mereka berbuat demikian. Penyebab dari suatu kejadian proses dimana kita mencari informasi ini disebut dengan atribusi (attribution
2.    SARAN
Adapun saran dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a)    Pelunya mempelajari teori atribusi bagi guru dan calon guru agar dapat memahami perbedaan Individu (Peserta Didik)
b)    Seorang guru berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati, karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. pemahaman teori atribusi dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
c)    Perlunnya pemahaman faktor-faktor external yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.


DAFTAR PUSTAKA
Bell-Gredler, Margaret E. (1986). Learning and instuction theory into practice. New York: Macmillan Publishing Company.
Armstrong, Michael. 2009. Armstrong’s Handbook of Human Resource Management Practice. 11th ed. Philadelphia: Kogan Page Ltd








Tidak ada komentar:

Posting Komentar